Kamis, 20 Mei 2010

FENOMENA KAMPUNG TERBALIK


Tentu semua tahu extravaganza. Sebuah program TRANS-TV yang menyajikan humor-humor segar dengan gaya komedi panggung. Pada sebuah tayangannya, diangkatlah sebuah tema tentang “kampung terbalik”.

Kisah bermula dari pasangan suami istri yang tersesat pada sebuah desa yang mereka berdua tak tahu letaknya. Meski sudah membaca peta.

Hingga akhirnya mereka berhenti di depan rumah seseorang. Tak lama berselang, sang tuan rumah keluar, melihat ada tamu di depan rumahnya. Sanga tamu ditanya asal-usul dan maksud kedatangan.

Sang tamu heran tatkala tuan rumah tersebut menyapa mereka dengan sebuah gamparan keras. Tatkala ditanyakan, ternyata itu adalah tradisi yang biasa dilakukan pada saat menyambut kedatangan tamu. Berbanding terbalik dengan budaya kebanyakan yang menyambut tamu dengan salam, atau sekedar tegur sapa.

Keheranan pasangan suami istri ini bertambah tatkala melihat sang tuan rumah mengenakan pakaian wanita. Padahal jelas-jelas dari postur, wajah, serta tubuh orang tersebut berkelamin pria.

Setelah dijelaskan (tepatnya diingatkan) orang tersebut sadar, bahwa segala sesuatu di Kampung Terbalik, harus terbalik. Termasuk dalam hal pakaian. Yang wanita memakai pakaian, pekerjaan, serta hal-hal yang mestinya dipakai pria. Sedangkan yang pria kebalikannya,menggunakan pakaian, pekerjaan serta hal yang berkaitan dengan yang dilakukan seorang pria.

Setelah itu, sang tamu diperkenalkan dengan anggota keluarga tuan rumah tersebut. Pertama, sang istri yang cantik. Menggunakan jas hitam lengkap dengan dasi, celana panjang dan sepatu kets, yang pantasnya dipakai seorang lelaki. Tak jauh beda, saat bertemu dengan tamunya, dia langsung menggampar sang tamu sekuat tenaga. “Salam penghormatan dalam budaya Kampung Terbalik” Ungkap sang istri tuan rumah.

Sang tamu yang telah mengetahui budaya itu, hanya diam menahan sakit. Sambil mencoba untuk sedikit tersenyum ramah. Setelah itu, sang istri tuan rumah memanggil anaknya yang ternyata seorang kakek-kakek. Dan begitu pula kejadiannya. Sang tamu digampar dengan keras, sebagai penghormatan atau tanda salam hangat.

Demikian penggalan kisah Kampung Terbalik. Kampung yang pastinya tak bisa kita temukan keberadaannya di dunia ini, namun, ada hal yang bisa kita jadikan catatan.

Kampung Terbalik dan Fenomena Kekinian

Kisah Kampung Terbalik hanyalah sebuah komedi humor untuk menghilangkan strees. Kampung Terbalik menjadi sesuatu yang membuat strees otak adalah tatkala kita mencoba untuk melihat fenomena komedi humor yang ada dan mengaitkannya dengan keadaan kekinian. Menurut hemat penulis, apa yang disampaikan dalam komedi tersebut mengingatkan pada fenomena yang terjadi saat ini. Banyak di antara orang-orang yang dipercaya menjalankan amanah rakyat, lalu menjadi seseorang pesakitan rumah sakit meja hijau karena melakukan penyelewengan.

Seharusnya, seseorang yang diberi kepercayaan masyarakat banyak, menjalankan amanat tersebut dengan jujur dan bertanggung jawab, sehingga nantinya menjadi suri teladan dalam berbuat. Namun apa hendak dikata. Ternyata banyak yang melakukan penyimpangan-penyimpangan. Korupsi misalnya.

Berita tentang Mantan Dirut Perum Bulog Widjonarko Puspoyo yang divonis 10 tahun penjara oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan karena terbukti melakukan gratifikasi terkait impor beras dari Vietnam senilai Rp.USD 1,6 juta dan kasus korupsi ekspor beras ke Afrika Selatan senilai RP.78,3 miliar, menurut penulis merupakan sebuah realita kampung terbalik. Dipercaya untuk mensejahterakan masyarakat, malah menyengsarakan. “Dipercaya khianat, berkata selalu bohong, berjanji selalu ingkar,” demikian ungkap Rasul SAW saat memberikan penjelasan tentang ciri-ciri orang munafik.

Selain itu, alam yang diciptakan oleh Tuhan sebagai penopang kehidupan manusia, ternyata lingkis pais (baca: habis) dijarah oleh mereka yang tak bertanggung jawab. Fenomena ini, menurut penulis juga masuk kategori kampong terbalik. Seharusnya alam dipelihara dengan baik. E…, malah dijadikan korban kantong-kantong oknum tertentu. Maka jangan ribut jika saat terjadi hujan lebat, Jakarta banjir. Kemarin juga sempat terjadi di Kabupaten Sambas. Dan yang paling sering ya di Pontianak.

Mengenai pendidikan, yang memegang kunci untuk sebuah kemajuan bangsa, ternyata hanya dijadikan prioritas yang kesekian. Padahal Jepang (untuk sementara Jepang saja yang menjadi sample, karena negri ini pernah ‘hancur’ tatkala dijatuhi bom pada 16 Agustus 1945 namun bisa segera bangkit, jauh meninggalkan negara-negara yang bernasib serupa) bisa menjadi negara yang maju dalam bidang teknologi, karena menempatkan pendidikan pada prioritas utama bangsanya. Dalam hal ini, fenomena kampung terbalik muncul lagi (boleh juga tu Kampung Terbaliknya). Di Indonesia, terkhusus lagi di Kalimantan Barat, rata-rata pendidikan masyarakat malah hanya SD.

Cerita Pak Saloi yang memperoleh tangkapan ikan yang banyak, juga termasuk dalam kategori Kampung Terbalik, karena ia membawa takin dengan cara terbalik, hingga semua ikan tercecer di jalan. Habis. Hanya sisik-sisik ikan yang tersisa.

Tahukah anda akhir kisah Kampung Terbalik?

Ternyata mereka (sang tuan rumah) adalah sebuah keluarga gila yang memang dibuatkan rumah jauh dari masyarakat awam, agar tak mengganggu.

Lalu bagaimana dengan mereka yang mencoba turut dalam alur Kampung Terbalik versi Korupsi, Illegal Logging, serta lainnya? Gilakah? Entahlah pak belalang-pak belalang (mengutip pernyataan P.Ramlee dalam sebuah filmnya).

Minggu, 09 Mei 2010

Mengatasi Penyakit "Dalih"

Sembilan puluh sembilan persen kegagalan datang dari orang
yang punya kebiasaan suka membuat alasan, begitu kata George
Washington Carver. Daripada mencari jalan keluar, mereka memilih
untuk membuat 1001 dalih mengenai kegagalan mereka. Alhasil,
kesempatan belajar pun terlewatkan begitu saja.
Dalam buku The Magic of Thinking Big, David J. Schwartz
menjelaskan mengenai penyakit pikiran yang mematikan alias penyakit
dalih (excuisitis). Orang-orang gagal senantiasa berdalih mengenai
kegagalan mereka. Penyakit dalih tersebut biasanya muncul 4 bentuk,
yaitu: dalih kesehatan, dalih inteligensi, dalih usia dan dalih
nasib.
Dalih kesehatan biasanya ditandai dengan ucapan, “Kondisi
fisik saya tidak sempurna”, “Saya tidak enak badan”, “Jantung saya
lemah”, dan sejenisnya. Orang sukses tidak pernah menganggap cacatnya
itu sebagai hambatan. Saya punya sahabat dekat yang menderita polio
namun dikenal sebagai dokter spesialis ginjal sukses dan murah hati.

Sejumlah besar tokoh-tokoh dunia bahkan punya cacat fisik.
Presiden Amerika ke-32 Franklin Delano Roosevelt menderita polio,
Shakespeare lumpuh, Beethoven tuli, Napoleon Nonaparte memiliki
postur tubuh yang sangat pendek.
Dalih inteligensi diitandai dengan ucapan, “Saya kan tidak
pintar”, “Saya kan bukan rangking teratas”, “Dia lebih pandai”, dan
sejenisnya. Inilah dalih yang paling umum ditemukan. Tanpa bermaksud
mengecilkan arti sekolah, saya ingin mengatakan kepa Anda bahwa tidak
perlu jadi profesor agar Anda bisa sukses. Selanjutnya, dalih usia
yang ditandai dengan ucapan, “Saya terlalu tua”, “Saya masih terlalu
muda”, “Biarkan yang lebih tua yang duluan”, dan sejenisnya. Padahal
tidak ada batasan usia dalam meraih sukses. Kolonel Sanders memulai
usahanya di usia 65 tahun. Berikutnya adalah dalih nasib, misalnya
dengan mengatakan , “Aduh, nasib saya memang selalu jelek”, “Itu
sudah nasibku”, “Itu memang takdir” Memang amat mudah untuk selalu
menyalahkan nasib. Padahal nasib kita ditentukan oleh kita sendiri.
Tuhan telah memberikan hidup dengan sejumlah pilihan.
Lihatlah betapa banyaknya orang yang memilih berdiam diri
daripada melakukan apa yang bisa mereka perbuat. Padahal apapun yang
layak diraih layak diupayakan dengan seluruh kemampuan yang kita
miliki. Sayangnya, potensi diri ini kerap hanya terkubur karena
kebiasan kita membuat dalih jika apa yang kita kerjakan tidak
berjalan sesuai harapan kita atau hasilnya tidak segera kelihatan.
Gaya hidup modern yang serba instant secara tidak langsung membuat
kita sering mengharapkan hasil yang instant pula. Kita kepengen
sekali makan durian tanpa mau menanam, menyiram, memupuki dan merawat
pohonnya.
Saya sendiri sempat terkejut membaca cerita tentang ilmuwan
besar seperti Albert Einstein yang pernah diusir dari sekolah karena
dianggap lamban. Ia bahkan mendapat nilai buruk dalam pelajaran
bahasa Yunani karena ingatannya yang lemah. “Tak peduli apa pun yang
kamu lakukan, kamu takkan dapat melakukan apa-apa,” kata gurunya.
Saya juga teringat kepada Thomas Alva Edison yang hanya
bersekolah beberapa bulan namun tercatat sebagai pencipta terbesar
sepanjang jaman dengan lebih dari 1.000 hak paten. “Saya mempunyai
banyak ide tapi hanya sedikit waktu,” ujarnya. Edison gagal di
sekolah. Gurunya merasa Edison tidak punya minat belajar, pemimpi dan
mudah sekali terpecah konsentrasinya. Yang sungguh membuat saya
terharu adalah sikap Ibu Edison terhadap putranya. Ia terus mengajari
Edison di rumah dan setiap kali Edison gagal, ibunya memberi harapan
dan mendorongnya untuk terus berusaha.
Kalau orang gagal senantiasa berkata “itu tidak mungkin
berhasil” maka orang sukses lebih suka berkata “mengapa tidak
mencobanya dulu ?”. Daripada membuat alasan, orang sukses memilih
untuk mencari cara mewujudkan impian mereka. Daripada berdiam diri
dan menunggu datangnya kesempatan, mereka memilih pergi keluar dan
menemukan kesempatan itu. Bahkan mereka mampu menciptakan kesempatan
dalam kesempitan. E.M. Gray menegaskan, orang-orang sukses mempunyai
kebiasaan melakukan hal-hal yang tidak suka dilakukan orang gagal.
Jika saat ini Anda masih suka membuat dalih, buatlah komitmen untuk
mengubah kebiasaan itu. Jangan biarkan potensi diri Anda dibelenggu
oleh dalih-dalih Anda. Ingat selalu nasihat Theodore
Roosevelt, “Lakukan apa yang Anda bisa, dengan apa yang Anda miliki,
di mana pun Anda berada.”
Sebagai akhir, ijinkanlah saya membagikan kepada Anda sebuah
syair dari Afrika berjudul Perlombaan Saat Matahari Terbit. Setiap
pagi di Afrika, seekor rusa bangun. Ia tahu bahwa ia harus berlari
lebih cepat daripada singat tercepat. Jika tidak, ia akan terbunuh.
Setiap pagi seekor singa bangun, ia tahu bahwa ia harus berlari lebih
cepat daripada rusa terlamban. Jika tidak, ia akan mati kelaparan.
Tidak penting apakah Anda adalah sang rusa atau sang singa. Saat
matahari terbit, Anda sebaiknya mulai berlari.

sumber:ceritamotivasi.com

Senin, 03 Mei 2010

SEMANGKA EMAS (Ceritenye Biak Sambas)


Pada zaman dahulu kala, di Sambas hiduplah seorang saudagar yang kaya raya. Saudagar tersebut mempunyai dua orang anak laki-laki. Anaknya yang sulung bernama Muzakir, dan yang bungsu bernama Dermawan. Muzakir sangat loba dan kikir. Setiap hari kerjanya hanya mengumpulkan uang saja. Ia tidak perduli kepada orang-orang miskin. Sebaliknya Dermawan sangat berbeda tingkah lakunya. Ia tidak rakus dengan uang dan selalu bersedekah kepada fakir miskin.

Sebelum meninggal, saudagar tersebut membagi hartanya sama rata kepada kedua anaknya. Maksudnya agar anak-anaknya tidak berbantah dan saling iri, terutama bila ia telah meninggal kelak.

Muzakir langsung membeli peti besi. Uang bagiannya dimasukkan ke dalam peti tersebut, lalu dikuncinya. Bila ada orang miskin datang, bukannnya ia memberi sedekah, melainkan ia tertawa terbahak-bahak melihat orang miskin yang pincang, buta dan lumpuh itu. Bila orang miskin itu tidak mau pergi dari rumahnya, Muzakir memanggil orang gajiannya untuk mengusirnya. Orang-orang miskin kemudian berduyun-duyun datang ke rumah Dermawan.

Dermawan selalu menyambut orang-orang miskin dengan senang hati. Mereka dijamunya makan dan diberi uang karena ia merasa iba melihat orang miskin dan melarat. Lama kelamaan uang Dermawan habis dan ia tidak sanggup lagi membiayai rumahnya yang besar. Ia pun pindah ke rumah yang lebih kecil dan harus bekerja. Gajinya tidak seberapa, sekedar cukup makan saja. Tetapi ia sudah merasa senang dengan hidupnya yang demikian. Muzakir tertawa terbahak-bahak mendengar berita Dermawan yang dianggapnya bodoh itu. Muzakir telah membeli rumah yang lebih bagus dan kebun kelapa yang luas. Tetapi Dermawan tidak menghiraukan tingkah laku abangnya.

Suatu hari Dermawan duduk-duduk melepaskan lelah di pekarangan rumahnya. Tiba-tiba jatuhlah seekor burung pipit di hadapannya. Burung itu mencicit-cicit kesakitan "Kasihan," kata Dermawan. "Sayapmu patah, ya?" lanjut Dermawan seolah-olah ia berbicara dengan burung pipit itu. Ditangkapnya burung tersebut, lalau diperiksanya sayapnya. Benar saja, sayap burung itu patah. "Biar kucoba mengobatimu," katanya. Setelah diobatinya lalu sayap burung itu dibalutnya perlahan-lahan. Kemudian diambilnya beras. Burung pipit itu diberinya makan.

Burung itu menjadi jinak dan tidak takut kepadanya. Beberapa hari kemudian, burung itu telah dapat mengibas-ngibaskan sayapnya, dan sesaat kemudian ia pun terbang. Keesokan harinya ia kembali mengunjungi Dermawan. Di paruhnya ada sebutir biji, dan biji itu diletakkannya di depan Dermawan. Dermawan tertawa melihatnya. Biji itu biji biasa saja. Meskipun demikian, senang juga hatinya menerima pemberian burung itu. Biji itu ditanam di belakang rumahnya.

Tiga hari kemudian tumbuhlah biji itu. Yang tumbuh adalah pohon semangka. Tumbuhan itu dipeliharanya baik-baik sehingga tumbuh dengan subur. Pada mulanya Dermawan menyangka akan banyak buahnya. Tentulah ia akan kenyang makan buah semangka dan selebihnya akan ia sedekahkan. Tetapi aneh, meskipun bunganya banyak, yang menjadi buah hanya satu. Ukuran semangka ini luar biasa besarnya, jauh lebih dari semangka umumnya. Sedap kelihatannya dan harum pula baunya. Setelah masak, Dermawan memetik buah semangka itu. Amboi, bukan main beratnya. Ia terengah-engah mengangkatnya dengan kedua belah tangannya. Setelah diletakkannya di atas meja, lalu diambilnya pisau. Ia membelah semangka itu. Setelah semangka terbelah, betapa kagetnya Dermawan. Isi semangka itu berupa pasir kuning yang bertumpuk di atas meja. Ketika diperhatikannya sungguh-sungguh, nyatalah bahwa pasir itu adalah emas urai murni. Dermawan pun menari-nari karena girangnya. Ia mendengar burung mencicit di luar, terlihat burung pipit yang pernah ditolongnya hinggap di sebuah tonggak. "Terima kasih! Terima kasih!" seru Dermawan. Burung itu pun kemudian terbang tanpa kembali lagi.

Keesokan harinya Dermawan membeli rumah yang bagus dengan pekarangan yang luas sekali. Semua orang miskin yang datang ke rumahnya diberinya makan. Tetapi Dermawan tidak akan jatuh miskin seperti dahulu, karena uangnya amat banyak dan hasil kebunnya melimpah ruah. Rupanya hal ini membuat Muzakir iri hati. Muzakir yang ingin mengetahui rahasia adiknya lalu pergi ke rumah Dermawan. Di sana Dermawan menceritakan secara jujur kepadanya tentang kisahnya.

Mengetahui hal tersebut, Muzakir langsung memerintahkan orang-orang gajiannya mencari burung yang patah kaki atau patah sayapnya di mana-mana. Namun sampai satu minggu lamanya, seekor burung yang demikian pun tak ditemukan. Muzakir sungguh marah dan tidak dapat tidur. Keesokan paginya, Muzakir mendapat akal. Diperintahkannya seorang gajiannya untuk menangkap burung dengan apitan. Tentu saja sayap burung itu menjadi patah. Muzakir kemudian berpura-pura kasihan melihatnya dan membalut luka pada sayap burung. Setelah beberapa hari, burung itu pun sembuh dan dilepaskan terbang. Burung itu pun kembali kepada Muzakir untuk memberikan sebutir biji. Muzakir sungguh gembira.

Biji pemberian burung ditanam Muzakir di tempat yang terbaik di kebunnya. Tumbuh pula pohon semangka yang subur dan berdaun rimbun. Buahnya pun hanya satu, ukurannya lebih besar dari semangka Dermawan. Ketika dipanen, dua orang gajian Muzakir dengan susah payah membawanya ke dalam rumah karena beratnya. Muzakir mengambil parang. Ia sendiri yang akan membelah semangka itu. Baru saja semangka itu terpotong, menyemburlah dari dalam buah itu lumpur hitam bercampur kotoran ke muka Muzakir. Baunya busuk seperti bangkai. Pakaian Muzakir serta permadani di ruangan itu tidak luput dari siraman lumpur dan kotoran yang seperti bubur itu. Muzakir berlari ke jalan raya sambil menjerit-jerit. Orang yang melihatnya dan mencium bau yang busuk itu tertawa terbahak-bahak sambil bertepuk tangan dengan riuhnya.

Teman, saat kita tau ada celah untuk menambah harta dan kaya, secepat kilat kita merengkuhnya. Meski harus membuat adegan seolah-olah kita pahlawan......Namun saat kita diminta untuk mengurangi harta dan kaya (dengan zakat dan sedekah), kita enggan.....Mukapun dipalingkan....Seolah lupa bahwa apa-apa yang kita miliki adalah milik Allah SWT.......

Sekarang kita hanya perlu memilih, menjadi seorang dermawan dengan harapan Allah SWT ridha dengan perbuatan kita, tanpa ingin mengharap pamrih manusia, atau kita menjadi hamba dari tiap apa yang kita berikan...........Menjadi hamba sanjungan, menjadi hamba pujian, menjadi hamba imbal balik atas apa yang kita berikan.....
Semoga kita adalah manusia-manusia yang ikhlas berbuat, tak meminta pamrih saat memberi. Menjadi manusia sempurna tak mungkin kita lakukan, tapi mari berusaha menjadi yang terbaik dengan cara-cara yang baik, agar kita capai tujuan yang baik....Semoga..........