Kamis, 04 November 2010

Minggu, 03 Oktober 2010

Di Mane Bumi Dikacak, Disie lah Kite Idup.......(Penerimaan Warge AMKS Pantai Utara) _Jak Madahkannye_

Assalamualaikom..........


Bagaimane kabar kawan2 mahasiswa dari Kab. Sambas???????

Baik, burok, sadang baik/buroknye???? heeeheeeheee


To The Point jak i......

Untok kesekian kalinye, Asrama Mahasiswa Kabupaten Sambas Pantai Utara ngadekan hal-hal yang baru & sagarrrrrrr. Berhubung CANGGAR (Calon ANGgota AsRama taun lalu) udah dikukuhkan sebagai warga, nah.....untk kintok, asrama yang beralamat di Jl. Cendana No. 157 Kelurahan Darat Sekip Kecamatan Pontianak Kota e, ngadekan penerimaan warge baru agek. Pendaftarannye dimulai dari tanggal 6 sampai 18 Oktober 2010.....



Sekadar info tambahan, AMKS Pantai Utara ye asrama mahasiswa paling tue di Pontianak. Jadi alumninye pun udah betassik & Alhamdulillah udah jadi urang semuenye.......(mcamlah sbelomnye ye ape....)....Ade yang jadi Akademisi (Bang Erwin Machroes: Dosen STAIN Pontianak, Bang Serli Machroes: Dosen STAIS Sambas & Pak Guyu di SMAN 2 Sambas, Bang Adnan: Dosen STAIS Sambas, Bang Lamazi: Dosen & Aktivis, Bang Ihsan: Guru di Jawai, Bang Jamiat Akadol: Ketue STAIS Sambas, Bang Muslihul Aqqad: Gulu MIN Pemangkat_Penjajab, Bang Andi, Bang Hermin _Guru dan lain-lain), daan hanye iye, ade juak yg udah ngejob di berbagai Instansi (Safari Hamzah: Disdik Singkawang, Hasanusi: Bappeda Sambas dll), Ade juak yg udah jado bos...... udahlah i, banyaklah poko'0ng......



Huft......Ampai dah lupa'....Ade persyaratan bagi kawan2 yang nak daftar, syaratnye daan payah. Itok yo die:

- Laki2 Asli (Bukan Bencong ataw Banci.....heheheee)

- Mahasiswa (dibuktikan dengan KTM)

- Asal Kab. Sambas (buktikannye dgn KK/KTP boleh juak surat dari kades atau surat sakti dari dukun_hehehehehehe yg terakher ye pongah)

- Paling tue semester 5 untokkan yg S1.

- Untok yg D3 e maxinye semester 3.



Mau? Mau ??? Mau??????

Hubungek ajak Sdr. Joni Anwar di CP: 085252593632, Suchal: 085245847796, Roedi: 085252007344, Bujang Riza: 085252689975 & Agus Rambo: 081345285373.........

Iye jak lah dolok i.......

Nak Muppok dolo'.......


Assalamualaikom..........

Kamis, 30 September 2010

Kapolda Sumut: Bukan 'Teroris', Tetapi Pelakunya Separatis!!

Medan (voa-islam.com) -Akhirnya, Kapolda Sumut Irjen Pol Oegroseno mengeluarkan pernyataan yang berseberangan dengan Mabes Polri soal teroris di Sumut. Kapolda menegaskan, serentetan peristiwa yang menghebohkan Kota Medan dan sekitarnya, mulai perampokan Bank CIMB Niaga, hingga penyerbuan Mapolsekta Hamparan Perak, dilakukan oleh sisa separatis, bukan teroris. Ada yang Menggiring Opini Masyarakat agar dinilai bahwa pelakunya adalah teroris.

Hal itu diungkapkannya saat menjadi pembicara pada forum diskusi antara Kapoldasu dengan sejumlah Ormas Islam, MUI Medan dan jajaran Pemko Medan di Ruang Rapat IV, Balai Kota, Kamis (23/9).

...”Dari penyelidikan yang ada sampai saat ini, kejadian yang terjadi mengarah pada orang-orang separatis,” ujar jenderal bintang dua itu kepada sejumlah wartawan...

”Dari penyelidikan yang ada sampai saat ini, kejadian yang terjadi mengarah pada orang-orang separatis,” ujar jenderal bintang dua itu kepada sejumlah wartawan.

Mengenai ciri-ciri pelaku, Kapolda enggan mengungkapkannya. ”Semuanya masih didalami, masih terus dilakukan pengejaran. Yang penting ketangkaplah. Jadi, jika nanti ada yang ketangkap lagi, bisa ditanya langsung apa motifnya. Dari situ, berarti Anda-Anda bisa menyimpulkan,” ujar Kapolda.

Dijelaskannya, sejauh ini pihak Poldasu beserta jajarannya masih melakukan pengejaran terhadap orang-orang yang terduga masuk dalam jaringan separatis tersebut.

Ada Penggiringan Opini Yang Menuduh Pelakunya Teroris

Terkait penyerangan mapolsekta Hamparan Perak, Kapolda membantah adanya kemungkinan unsur balas dendam yang melatarbelakanginya. “Tidak. Dari penyelidikan yang ada, tidak ada unsur balas dendam,” tegas Oegroseno.

“Ada satu media yang terus menggiring masyarakat ke arah sana, sehingga masyarakat percaya bahwa mereka adalah teroris,” katanya.

Dia juga mengatakan, telah terjadi penggiringan opini agar masyarakat percaya para pelaku adalah teroris. “Ada satu media yang terus menggiring masyarakat ke arah sana, sehingga masyarakat percaya bahwa mereka adalah teroris,” katanya.

Pada forum diskusi itu, beberapa tokoh agama yang hadir sempat melayangkan kritik kepada pihak Poldasu. Salah satunya adalah Ketua Majelais Ulama Indonesia (MUI) Medan, Mohammad Hatta yang meminta petugas tidak langsung menembak mati dalam proses penangkapan meski diduga teroris.

“Dari berita yang berkembang, orang-orang yang ditembak polisi tidak melakukan perlawanan. Nah, kenapa polisi langsung menembaknya. Apakah memang telah terbukti orang itu teroris atau sebagainya? Dan apakah pada saat itu memang orang itu melakukan perlawanan,” tanya M Hatta.

Hatta mengurai, Islam tidak identik dengan seperatis dan teroris. Islam adalah agama yang cinta akan kedamaian, yang selalu memandang perbedaan sebagai sebuah berkah. “Islam tidak pernah mentolerir pembunuhan, baik yang dilakukan terhadap polisi ataun siapapun yang masih disangka sebagai orang yang berbuat salah, kecuali ada alasan yang betul-betul tepat,” katanya.

Himbau Agar Densus 88 Transparan

Humas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Medan, Azwir mengatakan, kondisi sekarang membuat umat Islam tidak nyaman. Karena seolah umat Islam itu adalah umat yang suka dengan kekerasan.

...“Kami minta, Densus 88 transparansi agar berita yang ditangkap masyarakat tidak simpang siur...

“Kami minta, Densus 88 transparansi agar berita yang ditangkap masyarakat tidak simpang siur. Karena ketidaktransparanan yang terjadi, membuat orang-orang yang tidak senang dengan Islam akan menjustifikasi Islam adalah agama teroris. Ini harus ada tindak lanjut dari Poldasu dan khususnya Densus 88,” tegas Azwir.

Ustadz Zulfikar Hajar berpandangan, persoalan ini sebaiknya melibatkan ulama dan tokoh-tokoh lintas agama. “Ulama siap membantu aparat, untuk menciptakan kekondusifitasan di Medan dan Sumatera Utara serta Indonesia,” ungkapnya.

Menyikapi hal itu, Kapolda akan menjadikannya sebagai masukan bagi kepolisian, khususnya Poldasu. “Dengan komunikasi seperti ini, akan memberikan masukan bagi kepolisian khususnya Poldasu untuk tetap waspada,” tambahnya.

Di akhir kegiatan itu, Oegroseno meminta masyarakat membangun komunikasi, yang selama ini terputus begitu saja. “Dengan dibangunnya komunikasi dengan masyarakat desa, segala kemungkinan yang akan muncul dan terjadi bisa sesegera mungkin diantisipasi,” ulasnya.

Untuk mewujudkan komunikasi dengan masyarakat desa, Poldasu akan menurunkan petugas polisi dibantu seorang petugas TNI, untuk menjalin komunikasi sekaligus memantau kondisi.

Sebelumnya, Wali Kota Medan Rahudman Harahap yang didampingi Ketua DPRD Medan Amiruddin dan Humas Pemko Medan Hanas Hasibuan menyatakan, kegiatan itu diselenggarakan untuk memberikan pemahaman dan berita yang benar terhadap masalah yang tengah terjadi dan lagi hangat-hangatnya diperbincangkan yakni, masalah perampokan dan terorisme. “Ini demi memberi keterangan yang benar bagi masyarakat, tentang kebenaran kejadian,” ujar Rahudman.

Mabes Polri 'Ngeyel' Pelakunya Teroris Yang Masih Eksis

Sementara itu, Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Iskandar Hasan menegaskan, penyerangan kelompok bersenjata api di Polsek Hamparan Perak membuktikan eksitensi teroris di Sumut.

...“Mereka ingin menunjukkan kekuatannya,” katanya kemarin...

“Mereka ingin menunjukkan kekuatannya,” katanya kemarin. Ditambahkannya, dalam memburu pelaku, Densus 88/AT dari Mabes Polri tetap melibatkan Polda Sumut sebagai penunjuk peta wilayah. “Karena mereka lebih menguasai Sumut. Setelah itu yang berwenang melakukan tindakan adalah Tim Densus 88 Anti Teror,” cetusnya.

Iskandar Hasan juga membenarkan, 3 jenazah yang ditembak mati Tim Densus 88 di tempat terpisah di wilyah Sumut, sudah dibawah ke Jakarta untuk menjalani proses identifikasi ilmiah. “Setelah identifikasi selesai, tim akan menghubungi pihak keluarga. Keluarga yang berada di Sumut harus mengurusnya ke Jakarta,” tambahnya.

Kibarkan Bendera Setengah Tiang

Polda Sumut beserta jajarannya menaikan bendera setengah tiang sebagai penanda masa berkabung penyerangan kelompok bersenjata api di Polsek Hamparan Perak yang menewaskan tiga personel Polisi. “Masa berkabung sampai tanggal 24 September,” kata Kapolda Irjen Pol Oegreseno, kemarin.

Kapolda mengimbau jajarannya untuk meningkatkan keamanan mulai dari tingkat Polsek. Tiga anggota polisi yang tewas dalam penyerangan itu adalah Aiptu Baek Sinulingga, Aipda Deto Sutejo dan Bripka Riswandi. “Teman-teman yang selamat sampai sekarang masih terpukul,” ujar AKBP Endro Kiswanto, Kapolres Labuhan Belawan. (Ibnudzar/smp)

Senin, 12 Juli 2010

Kesembuhan Tak Terduga

04 Juli 2010 jam 9:07
Kesembuhan Tak Terduga

By: agussyafii

Pada suatu hari ada seorang ibu masuk ruang UGD (Unit Gawat Darurat) karena sakit yang dideritanya cukup parah, mengetahui hal itu seorang putrinya, dia hendak menyisihkan rizkinya untuk bershodaqoh. Siang hari itu setelah mengantar Ibunda tercinta ke Rumah Sakit datang ke Rumah Amalia.

'Mas Agus, saya berniat shodaqoh hanya berharap ridha Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan berkenan menyembuhkan sakit ibu saya.' ucapnya siang itu. Di Rumah Amalia kami bersama-sama memanjatkan doa untuk kesembuhan ibunda tercinta. Ditengah kami bermunajat dengan khusyuknya tiba-tiba nampak sang tamu meneteskan air mata mendapatkan sms dari suaminya mengabarkan kalo ibunda sudah siuman dari pingsannya.

Beberapa hari kemudian Allah Subhanahu Wa Ta'ala berkenan memberikan kesembuhan pada ibunda tercinta dan seminggu kemudian sudah boleh pulang berkumpul bersama keluarga. 'Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta Alam yang telah memberikan kesembuhan bagi ibu saya Mas Agus,' ucapnya pada saya.

----
Obatilah orang yang sakit dengan shodaqoh, bentengilah harta kalian dengan zakat dan tolaklah bencana dengan berdoa (HR. Baihaqi).

Wassalam,
agussyafii
(Catatan Mukjizat Sholat Dan Doa: Kesembuhan Tak Terduga)

Kamis, 08 Juli 2010

Tunjukkan Tabiat Asli Kita

Pagi ini, seorang teman datang dari kampung. Oleh-oleh yang dibawanya kali ini berbeda. Jauh lebih dahsyat dari sebelum-sebelumnya (kebiasaan anak Pantai Utara selalu bawa oleh-oleh sepulangnya dari kampung, terkadang bawa limau, kadang buah salak, banyaklah pokoknya). Kali ini yang dibawa adalah selebaran yang sebagai tertulis, dibuat oleh organisasi pemuda dua etnis di Singkawang yang isinya "meminta dan mendukung" Dewan agar memenuhi permintaan mereka yang rencananya akan masuk dalam paripurna DPRD Singkawang. Sebagai bentuk dukungan tersebut, dinyatakan kedua organisasi -yang entah kapan berdiri dan anggotanya itu- akan menurunkan masa sebanyak-banyaknya pada tanggal 8 dan 9 (tidak secara jelas ditulis bulan dan tahun, namun jika mengacu jadwal, maka pada tanggal tersebut di bulan Juli 2010 ini ada Pelaksanaan Paripurna). Selebaran tersebut juga menyatakan bahwa Dewan tidak usah takut kepada FPI, KNPI dan Melayu. Jika dikaitkan dengan Singkawang, maka yang dimaksud bisa jadi masalah Patung Naga agar tidak dipindahkan.

Meski sebagai orang Melayu Sambas asli, saya hanya tersenyum membacanya. Provokasi yang dimuat dalam selebaran tersebut dan tulisan "jangan takut Melayu" tak lantas membuat saya tersinggung atau marah sedikitpun. Bukan karena saya tak fanatik terhadap Melayu, namun lebih dikarenakan menurut saya isi dan pembuat selebaran ini mungkin sedang tidak ada kerjaan, atau ingin mengadu domba masyarakat, bisa jadi juga karena kepentingan-kepentingan yang lain oleh karenanya tidaklah penting......

Kalaupun pada akhirnya selebaran yang katanya dibagikan ke umum di simpang empat gedung juang ini memantik permasalahan di tengah masyarakat, saya berharap kepada masyarakat Melayu tidak ikut terpancing. Berpegang saja pada adat. "Adat bersendikan syara'; syara' bersendikan kitabullah), artinya, berpedomanlah kepada syariat Allah SWT yang menyatakan bahwa "diciptakannya manusia ke muka bumi ini adalah untuk menjadi khalifa", bukan menjadi perusak sebagaimana yang dikatakan malaikat saat Allah SWT menyatakan akan menciptakan manusia (ayat dan surahnya lupa).

Dalam al-Quran surah an-Nisa’ (4) ayat 36 dinyatakan bahwa:“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS. An-Nisa, 4: 36).

Bustami A. Gani, dkk (1991:185) menyimpulkan bahwa kandungan ayat tersebut berkaitan dengan hubungan sesama masyarakat, dijelaskan bahwa setelah Allah SWT memerintahkan agar menyembah dan beribadah kepadaNya saja dengan tidak mempersekutukanNya dengan yang lain, selanjutnya Allah memerintahkan agar berbuat baik kepada ibu bapak. Setelah itu Allah juga menyuruh berbuat baik kepada tetangga dekat dan tetangga jauh. Yaitu orang-orang yang berdekatan rumah, sering berjumpa tiap hari, nampak setiap keluar masuk rumahnya. (Bustami Abdul Ghani dkk, 1991:178). Selain itu, juga ada ayat yang menyatakan bahwa kita harus berlomba-lomba dalam kebajikan (QS. Al-Baqarah, 2: 148 dan QS. Al-Maidah, 5: 51).

Jelas sekali bahwa dalam pergaulan sehari-hari masyarakat Melayu harus selalu berbuat dan bertutur kata yang baik dengan orang lain, tanpa memandang asal-usul orang tersebut. Secara spesifik, dalam berhubungan dengan sesama manusia, ada adab-adab yang mesti diperhatikan.

Pertama, adab kepada orang yang lebih tua. Hendaknya dalam berhubungan dengan orang lebih tua umurnya kita harus berlaku sopan dan hormat. Tidak boleh kita berlaku sembarangan, atau memperlakukan dengan cara yang tidak baik. Hal-hal tersebut harus diperhatikan, karena orang yang lebih tua umurnya telah banyak makan asam garam kehidupan (pengalaman). Kepada yang tua lah kita belajar menjalani hidup ini, agar tak jatuh pada kesalahan yang sama dengan yang mereka pernah lakukan.

Kedua, adab kepada mereka yang umurnya setara dengan kita. Dalam berhubungan dengan orang-orang yang seumuran dengan kita haruslah tetap menaruh hormat, karena meski memiliki umur yang sama, bisa jadi orang tersebut memiliki ilmu, amal dan akhlak yang lebih baik dibanding diri kita sendiri.

Ketiga, adab kepada mereka yang lebih muda. Mereka yang mempunyai umur lebih muda, bukan berarti punya ilmu yang sedikit, amal yang secuil atau akhlak yang kurang baik. Terkadang malah merekalah ahli ibadah, alimin, serta berbudi pekerti yang shaleh. Tidak ada salahnya kita menaruh hormat. Namun yang terpenting adalah kepada yang muda, kita harus menyanginya. Bertutur kata yang baik lagi sopan. Pepatah menyatakan; “Bahasa dan Bangsa tiada dijual atau dibeli”. Maksudnya adalah kita akan dihormati oleh orang lain, jika budi bahasa kita baik.

Jelaslah sudah apa yang mesti kita lakukan. Cukuplah selebaran ini disatukan dengan kertas-kertas lain untuk selanjutnya di kilo...(kan lumayan, jadi duit)

Tentara Serdadu Israel Menari Waktu Azan

Sekitar Enam tentara Zionis Israel yang berpatroli di Hebron terekam kamera sedang menari ketika azan berkumandang di palestina, Hebron adalah kota kuno di Tepi Barat, yang merupakan tempat suci bagi Yahudi, Muslim dan Kristen.

Sekitar 600 pemukim Israel tinggal di kota tersebut di antaranya 160.000 warga Palestina.

Dalam video rekaman tersebut Tentara zionis Israel menari dengan lagu Tick Tock yang dinyanyikan oleh penyanyi elektro-pop Amerika Serikat, Kesha. video yang diupload di situs YouTube, terdengar pula suara azan berkumandang.

Meski akhirnya dicabut di YouTube, stasiun televisi di Israel sudah mengambilnya dan memperlihatkannya berulang kali pada Senin (5/7).



para pengunjung YouTube yang merilis video tersebut mengidentifikasi dirinya sebagai the dancers. Video tersebut memperlihatkan enam tentara Israel berpatroli saat azan berkumandang. Lalu terdengar musik Tick Tock sehingga mereka menari seperti tarian Macarena.

Militer Israel mengaku terkejut dengan video tersebut. Para panglima tentara yang ada dalam video pun telah diberitahukan masalah itu.(tmp/sbl)
sumber: sabili.co.id. Selasa, 06 Juli 2010 20:05

Tentara Serdadu Israel Menari Waktu Azan

Sekitar Enam tentara Zionis Israel yang berpatroli di Hebron terekam kamera sedang menari ketika azan berkumandang di palestina, Hebron adalah kota kuno di Tepi Barat, yang merupakan tempat suci bagi Yahudi, Muslim dan Kristen.

Sekitar 600 pemukim Israel tinggal di kota tersebut di antaranya 160.000 warga Palestina.

Dalam video rekaman tersebut Tentara zionis Israel menari dengan lagu Tick Tock yang dinyanyikan oleh penyanyi elektro-pop Amerika Serikat, Kesha. video yang diupload di situs YouTube, terdengar pula suara azan berkumandang.

Meski akhirnya dicabut di YouTube, stasiun televisi di Israel sudah mengambilnya dan memperlihatkannya berulang kali pada Senin (5/7).



para pengunjung YouTube yang merilis video tersebut mengidentifikasi dirinya sebagai the dancers. Video tersebut memperlihatkan enam tentara Israel berpatroli saat azan berkumandang. Lalu terdengar musik Tick Tock sehingga mereka menari seperti tarian Macarena.

Militer Israel mengaku terkejut dengan video tersebut. Para panglima tentara yang ada dalam video pun telah diberitahukan masalah itu.(tmp/sbl)
sumber: sabili.co.id. Selasa, 06 Juli 2010 20:05

Rabu, 30 Juni 2010

Ibnu Siena Terjunkan Santri ke Sungai Nilam

Mulai tanggal 05 Juni – 05 Juli 2010, seluruh santri kelas V Pondok Pesantren Ibnu Siena Cikoneng-Ciamis Jawa Barat melaksanakan Program Praktek Lapangan (PPL) Kader Da’wah III di Desa Sei Nilam Jawai Selatan. Secara keseluruhan, peserta kegiatan ini berjumlah 17 orang yang kesemuanya laki-laki dan berasal dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Sambas, Bekasi dan Jakarta.

Ustadz Ujang Kurnia Zainuddin selaku Penanggung Jawab kegiatan yang turut serta dalam menemani santrinya hingga samapai ke tujuan mengungkapkan bahwa kegiatan yang dilaksanakan ini merupakan yang ketiga kalinya setelah sebelumnya diadakan di Desa Sebabal Tebas.

Pelaksanaan Kegiatan ini didasari pada Anggaran Dasar ( AD ) dan Anggaran Rumah Tangga ( ART ) Pondok Pesantren IBNU SIENA BAB V Pasal 5 tentang Praktek Lapangan Kader Da’wah (PPL) Kader Da’wah, Program Tahunan Pondok Pesantren IBNU SIENA tentang pengabdian kemasyarakatan serta Hasil keputusan Dewan Asatidz Pondok Pesantren tentang hasil keputusan pembentukan panitia kegiatan dan pengesahan susunan kepanitiaan Program Praktek Lapangan (PPL) Kader Da’wah.

Kegiatan yang diberi tema Menggali Potensi Diri, Meraih Kesempurnaan Hati, Menuju Ridho Ilahi ini berfungsi untuk melatih kemampuan santri dalam bersosialisasi di medan Da’wah, juga menumbuhkembangkan mentalitas santri dalam menjalankan amanah Da’wah, Membentuk militansi santri sebagai Kader Da’wah dalam rangka membangu masyarakat yang religius islami, Mewujudkan cita-cita ummat dalam kaderisasi dakwah di lapangan dan Menanamkan sikap tanggung jawab keagamaan, kepedulian social dan syi’ar Islam di masyarakat.

Adapun tujuan yang hendak dicapai dengan diadakannya kegiatan ini adalah: Mengetahui kemampuan santri sebagai hasil proses pendidikan yang perlu dievaluasi, Mengetahui kesiapan santri dalam menjalankan risalah da’wah melalui jalan terjal, namun hanya sedikit yang menjalani, Mengetahui kekurangan dan kelemahan santri sebagai kader da’wah dalam rangka menyempurnakan strategi da’wah, Mempersiapkan kader-kader dakwah yang dikemudian hari akan terjun langsung di masyarakat, serta Mengetahui sikap dan tanggung jawab santri dalam kegiatan keagamaan, kepedulian sosial dan syi’ar Islam di masyarakat.

Mengenai bentuk kegiatan, ustadz yang biasa disapa Abi ini menjelaskan bahwa selain praktek ceramah, santri juga mendapat tugas untuk silaturahim dengan tokoh masyarakat setempat, dengan harapan dapat belajar langsung dari tokoh-tokoh masyarakat yang dikunjungi, untuk selanjutnya termotivasi untuk istiqomah di jalan da’wah. Selain itu, peserta juga akan mengajarkan agama di mesjid, madrasah dan sekolah-sekolah yang berada di daerah PPL. Tak hanya itu, peserta juga akan mengadakan perbaikan-perbaikan fasilitas umum seperti tempat ibadah, penerbitan atribut Pemerintahan Desa, atribut jalan dan atribut sekolah.

Lebih jauh dijelaskan oleh ustadz ujang, bentuk kegiatan lain yang akan dilakukan adalah mengadakan persahabatan dengan sekolah, masyarakat, dan pesantren dalam kegiatan persahabatan olah raga, diharapkan ada kedekatan kekeluargaan. Kegiatan Safari Da’wah di tempat-tempat yang telah ditetapkan oleh pembimbing dan diharapkan peserta dapat merasakan langsung daerah da’wah, juga dalam mewujudkan kepedulian social akan mengadakan bakti social dan Tabligh Akbar, mudah-mudahan akan terjalin komunikasi dan dapat menyambungkan tali silaturahim.

Kamis, 20 Mei 2010

FENOMENA KAMPUNG TERBALIK


Tentu semua tahu extravaganza. Sebuah program TRANS-TV yang menyajikan humor-humor segar dengan gaya komedi panggung. Pada sebuah tayangannya, diangkatlah sebuah tema tentang “kampung terbalik”.

Kisah bermula dari pasangan suami istri yang tersesat pada sebuah desa yang mereka berdua tak tahu letaknya. Meski sudah membaca peta.

Hingga akhirnya mereka berhenti di depan rumah seseorang. Tak lama berselang, sang tuan rumah keluar, melihat ada tamu di depan rumahnya. Sanga tamu ditanya asal-usul dan maksud kedatangan.

Sang tamu heran tatkala tuan rumah tersebut menyapa mereka dengan sebuah gamparan keras. Tatkala ditanyakan, ternyata itu adalah tradisi yang biasa dilakukan pada saat menyambut kedatangan tamu. Berbanding terbalik dengan budaya kebanyakan yang menyambut tamu dengan salam, atau sekedar tegur sapa.

Keheranan pasangan suami istri ini bertambah tatkala melihat sang tuan rumah mengenakan pakaian wanita. Padahal jelas-jelas dari postur, wajah, serta tubuh orang tersebut berkelamin pria.

Setelah dijelaskan (tepatnya diingatkan) orang tersebut sadar, bahwa segala sesuatu di Kampung Terbalik, harus terbalik. Termasuk dalam hal pakaian. Yang wanita memakai pakaian, pekerjaan, serta hal-hal yang mestinya dipakai pria. Sedangkan yang pria kebalikannya,menggunakan pakaian, pekerjaan serta hal yang berkaitan dengan yang dilakukan seorang pria.

Setelah itu, sang tamu diperkenalkan dengan anggota keluarga tuan rumah tersebut. Pertama, sang istri yang cantik. Menggunakan jas hitam lengkap dengan dasi, celana panjang dan sepatu kets, yang pantasnya dipakai seorang lelaki. Tak jauh beda, saat bertemu dengan tamunya, dia langsung menggampar sang tamu sekuat tenaga. “Salam penghormatan dalam budaya Kampung Terbalik” Ungkap sang istri tuan rumah.

Sang tamu yang telah mengetahui budaya itu, hanya diam menahan sakit. Sambil mencoba untuk sedikit tersenyum ramah. Setelah itu, sang istri tuan rumah memanggil anaknya yang ternyata seorang kakek-kakek. Dan begitu pula kejadiannya. Sang tamu digampar dengan keras, sebagai penghormatan atau tanda salam hangat.

Demikian penggalan kisah Kampung Terbalik. Kampung yang pastinya tak bisa kita temukan keberadaannya di dunia ini, namun, ada hal yang bisa kita jadikan catatan.

Kampung Terbalik dan Fenomena Kekinian

Kisah Kampung Terbalik hanyalah sebuah komedi humor untuk menghilangkan strees. Kampung Terbalik menjadi sesuatu yang membuat strees otak adalah tatkala kita mencoba untuk melihat fenomena komedi humor yang ada dan mengaitkannya dengan keadaan kekinian. Menurut hemat penulis, apa yang disampaikan dalam komedi tersebut mengingatkan pada fenomena yang terjadi saat ini. Banyak di antara orang-orang yang dipercaya menjalankan amanah rakyat, lalu menjadi seseorang pesakitan rumah sakit meja hijau karena melakukan penyelewengan.

Seharusnya, seseorang yang diberi kepercayaan masyarakat banyak, menjalankan amanat tersebut dengan jujur dan bertanggung jawab, sehingga nantinya menjadi suri teladan dalam berbuat. Namun apa hendak dikata. Ternyata banyak yang melakukan penyimpangan-penyimpangan. Korupsi misalnya.

Berita tentang Mantan Dirut Perum Bulog Widjonarko Puspoyo yang divonis 10 tahun penjara oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan karena terbukti melakukan gratifikasi terkait impor beras dari Vietnam senilai Rp.USD 1,6 juta dan kasus korupsi ekspor beras ke Afrika Selatan senilai RP.78,3 miliar, menurut penulis merupakan sebuah realita kampung terbalik. Dipercaya untuk mensejahterakan masyarakat, malah menyengsarakan. “Dipercaya khianat, berkata selalu bohong, berjanji selalu ingkar,” demikian ungkap Rasul SAW saat memberikan penjelasan tentang ciri-ciri orang munafik.

Selain itu, alam yang diciptakan oleh Tuhan sebagai penopang kehidupan manusia, ternyata lingkis pais (baca: habis) dijarah oleh mereka yang tak bertanggung jawab. Fenomena ini, menurut penulis juga masuk kategori kampong terbalik. Seharusnya alam dipelihara dengan baik. E…, malah dijadikan korban kantong-kantong oknum tertentu. Maka jangan ribut jika saat terjadi hujan lebat, Jakarta banjir. Kemarin juga sempat terjadi di Kabupaten Sambas. Dan yang paling sering ya di Pontianak.

Mengenai pendidikan, yang memegang kunci untuk sebuah kemajuan bangsa, ternyata hanya dijadikan prioritas yang kesekian. Padahal Jepang (untuk sementara Jepang saja yang menjadi sample, karena negri ini pernah ‘hancur’ tatkala dijatuhi bom pada 16 Agustus 1945 namun bisa segera bangkit, jauh meninggalkan negara-negara yang bernasib serupa) bisa menjadi negara yang maju dalam bidang teknologi, karena menempatkan pendidikan pada prioritas utama bangsanya. Dalam hal ini, fenomena kampung terbalik muncul lagi (boleh juga tu Kampung Terbaliknya). Di Indonesia, terkhusus lagi di Kalimantan Barat, rata-rata pendidikan masyarakat malah hanya SD.

Cerita Pak Saloi yang memperoleh tangkapan ikan yang banyak, juga termasuk dalam kategori Kampung Terbalik, karena ia membawa takin dengan cara terbalik, hingga semua ikan tercecer di jalan. Habis. Hanya sisik-sisik ikan yang tersisa.

Tahukah anda akhir kisah Kampung Terbalik?

Ternyata mereka (sang tuan rumah) adalah sebuah keluarga gila yang memang dibuatkan rumah jauh dari masyarakat awam, agar tak mengganggu.

Lalu bagaimana dengan mereka yang mencoba turut dalam alur Kampung Terbalik versi Korupsi, Illegal Logging, serta lainnya? Gilakah? Entahlah pak belalang-pak belalang (mengutip pernyataan P.Ramlee dalam sebuah filmnya).

Minggu, 09 Mei 2010

Mengatasi Penyakit "Dalih"

Sembilan puluh sembilan persen kegagalan datang dari orang
yang punya kebiasaan suka membuat alasan, begitu kata George
Washington Carver. Daripada mencari jalan keluar, mereka memilih
untuk membuat 1001 dalih mengenai kegagalan mereka. Alhasil,
kesempatan belajar pun terlewatkan begitu saja.
Dalam buku The Magic of Thinking Big, David J. Schwartz
menjelaskan mengenai penyakit pikiran yang mematikan alias penyakit
dalih (excuisitis). Orang-orang gagal senantiasa berdalih mengenai
kegagalan mereka. Penyakit dalih tersebut biasanya muncul 4 bentuk,
yaitu: dalih kesehatan, dalih inteligensi, dalih usia dan dalih
nasib.
Dalih kesehatan biasanya ditandai dengan ucapan, “Kondisi
fisik saya tidak sempurna”, “Saya tidak enak badan”, “Jantung saya
lemah”, dan sejenisnya. Orang sukses tidak pernah menganggap cacatnya
itu sebagai hambatan. Saya punya sahabat dekat yang menderita polio
namun dikenal sebagai dokter spesialis ginjal sukses dan murah hati.

Sejumlah besar tokoh-tokoh dunia bahkan punya cacat fisik.
Presiden Amerika ke-32 Franklin Delano Roosevelt menderita polio,
Shakespeare lumpuh, Beethoven tuli, Napoleon Nonaparte memiliki
postur tubuh yang sangat pendek.
Dalih inteligensi diitandai dengan ucapan, “Saya kan tidak
pintar”, “Saya kan bukan rangking teratas”, “Dia lebih pandai”, dan
sejenisnya. Inilah dalih yang paling umum ditemukan. Tanpa bermaksud
mengecilkan arti sekolah, saya ingin mengatakan kepa Anda bahwa tidak
perlu jadi profesor agar Anda bisa sukses. Selanjutnya, dalih usia
yang ditandai dengan ucapan, “Saya terlalu tua”, “Saya masih terlalu
muda”, “Biarkan yang lebih tua yang duluan”, dan sejenisnya. Padahal
tidak ada batasan usia dalam meraih sukses. Kolonel Sanders memulai
usahanya di usia 65 tahun. Berikutnya adalah dalih nasib, misalnya
dengan mengatakan , “Aduh, nasib saya memang selalu jelek”, “Itu
sudah nasibku”, “Itu memang takdir” Memang amat mudah untuk selalu
menyalahkan nasib. Padahal nasib kita ditentukan oleh kita sendiri.
Tuhan telah memberikan hidup dengan sejumlah pilihan.
Lihatlah betapa banyaknya orang yang memilih berdiam diri
daripada melakukan apa yang bisa mereka perbuat. Padahal apapun yang
layak diraih layak diupayakan dengan seluruh kemampuan yang kita
miliki. Sayangnya, potensi diri ini kerap hanya terkubur karena
kebiasan kita membuat dalih jika apa yang kita kerjakan tidak
berjalan sesuai harapan kita atau hasilnya tidak segera kelihatan.
Gaya hidup modern yang serba instant secara tidak langsung membuat
kita sering mengharapkan hasil yang instant pula. Kita kepengen
sekali makan durian tanpa mau menanam, menyiram, memupuki dan merawat
pohonnya.
Saya sendiri sempat terkejut membaca cerita tentang ilmuwan
besar seperti Albert Einstein yang pernah diusir dari sekolah karena
dianggap lamban. Ia bahkan mendapat nilai buruk dalam pelajaran
bahasa Yunani karena ingatannya yang lemah. “Tak peduli apa pun yang
kamu lakukan, kamu takkan dapat melakukan apa-apa,” kata gurunya.
Saya juga teringat kepada Thomas Alva Edison yang hanya
bersekolah beberapa bulan namun tercatat sebagai pencipta terbesar
sepanjang jaman dengan lebih dari 1.000 hak paten. “Saya mempunyai
banyak ide tapi hanya sedikit waktu,” ujarnya. Edison gagal di
sekolah. Gurunya merasa Edison tidak punya minat belajar, pemimpi dan
mudah sekali terpecah konsentrasinya. Yang sungguh membuat saya
terharu adalah sikap Ibu Edison terhadap putranya. Ia terus mengajari
Edison di rumah dan setiap kali Edison gagal, ibunya memberi harapan
dan mendorongnya untuk terus berusaha.
Kalau orang gagal senantiasa berkata “itu tidak mungkin
berhasil” maka orang sukses lebih suka berkata “mengapa tidak
mencobanya dulu ?”. Daripada membuat alasan, orang sukses memilih
untuk mencari cara mewujudkan impian mereka. Daripada berdiam diri
dan menunggu datangnya kesempatan, mereka memilih pergi keluar dan
menemukan kesempatan itu. Bahkan mereka mampu menciptakan kesempatan
dalam kesempitan. E.M. Gray menegaskan, orang-orang sukses mempunyai
kebiasaan melakukan hal-hal yang tidak suka dilakukan orang gagal.
Jika saat ini Anda masih suka membuat dalih, buatlah komitmen untuk
mengubah kebiasaan itu. Jangan biarkan potensi diri Anda dibelenggu
oleh dalih-dalih Anda. Ingat selalu nasihat Theodore
Roosevelt, “Lakukan apa yang Anda bisa, dengan apa yang Anda miliki,
di mana pun Anda berada.”
Sebagai akhir, ijinkanlah saya membagikan kepada Anda sebuah
syair dari Afrika berjudul Perlombaan Saat Matahari Terbit. Setiap
pagi di Afrika, seekor rusa bangun. Ia tahu bahwa ia harus berlari
lebih cepat daripada singat tercepat. Jika tidak, ia akan terbunuh.
Setiap pagi seekor singa bangun, ia tahu bahwa ia harus berlari lebih
cepat daripada rusa terlamban. Jika tidak, ia akan mati kelaparan.
Tidak penting apakah Anda adalah sang rusa atau sang singa. Saat
matahari terbit, Anda sebaiknya mulai berlari.

sumber:ceritamotivasi.com

Senin, 03 Mei 2010

SEMANGKA EMAS (Ceritenye Biak Sambas)


Pada zaman dahulu kala, di Sambas hiduplah seorang saudagar yang kaya raya. Saudagar tersebut mempunyai dua orang anak laki-laki. Anaknya yang sulung bernama Muzakir, dan yang bungsu bernama Dermawan. Muzakir sangat loba dan kikir. Setiap hari kerjanya hanya mengumpulkan uang saja. Ia tidak perduli kepada orang-orang miskin. Sebaliknya Dermawan sangat berbeda tingkah lakunya. Ia tidak rakus dengan uang dan selalu bersedekah kepada fakir miskin.

Sebelum meninggal, saudagar tersebut membagi hartanya sama rata kepada kedua anaknya. Maksudnya agar anak-anaknya tidak berbantah dan saling iri, terutama bila ia telah meninggal kelak.

Muzakir langsung membeli peti besi. Uang bagiannya dimasukkan ke dalam peti tersebut, lalu dikuncinya. Bila ada orang miskin datang, bukannnya ia memberi sedekah, melainkan ia tertawa terbahak-bahak melihat orang miskin yang pincang, buta dan lumpuh itu. Bila orang miskin itu tidak mau pergi dari rumahnya, Muzakir memanggil orang gajiannya untuk mengusirnya. Orang-orang miskin kemudian berduyun-duyun datang ke rumah Dermawan.

Dermawan selalu menyambut orang-orang miskin dengan senang hati. Mereka dijamunya makan dan diberi uang karena ia merasa iba melihat orang miskin dan melarat. Lama kelamaan uang Dermawan habis dan ia tidak sanggup lagi membiayai rumahnya yang besar. Ia pun pindah ke rumah yang lebih kecil dan harus bekerja. Gajinya tidak seberapa, sekedar cukup makan saja. Tetapi ia sudah merasa senang dengan hidupnya yang demikian. Muzakir tertawa terbahak-bahak mendengar berita Dermawan yang dianggapnya bodoh itu. Muzakir telah membeli rumah yang lebih bagus dan kebun kelapa yang luas. Tetapi Dermawan tidak menghiraukan tingkah laku abangnya.

Suatu hari Dermawan duduk-duduk melepaskan lelah di pekarangan rumahnya. Tiba-tiba jatuhlah seekor burung pipit di hadapannya. Burung itu mencicit-cicit kesakitan "Kasihan," kata Dermawan. "Sayapmu patah, ya?" lanjut Dermawan seolah-olah ia berbicara dengan burung pipit itu. Ditangkapnya burung tersebut, lalau diperiksanya sayapnya. Benar saja, sayap burung itu patah. "Biar kucoba mengobatimu," katanya. Setelah diobatinya lalu sayap burung itu dibalutnya perlahan-lahan. Kemudian diambilnya beras. Burung pipit itu diberinya makan.

Burung itu menjadi jinak dan tidak takut kepadanya. Beberapa hari kemudian, burung itu telah dapat mengibas-ngibaskan sayapnya, dan sesaat kemudian ia pun terbang. Keesokan harinya ia kembali mengunjungi Dermawan. Di paruhnya ada sebutir biji, dan biji itu diletakkannya di depan Dermawan. Dermawan tertawa melihatnya. Biji itu biji biasa saja. Meskipun demikian, senang juga hatinya menerima pemberian burung itu. Biji itu ditanam di belakang rumahnya.

Tiga hari kemudian tumbuhlah biji itu. Yang tumbuh adalah pohon semangka. Tumbuhan itu dipeliharanya baik-baik sehingga tumbuh dengan subur. Pada mulanya Dermawan menyangka akan banyak buahnya. Tentulah ia akan kenyang makan buah semangka dan selebihnya akan ia sedekahkan. Tetapi aneh, meskipun bunganya banyak, yang menjadi buah hanya satu. Ukuran semangka ini luar biasa besarnya, jauh lebih dari semangka umumnya. Sedap kelihatannya dan harum pula baunya. Setelah masak, Dermawan memetik buah semangka itu. Amboi, bukan main beratnya. Ia terengah-engah mengangkatnya dengan kedua belah tangannya. Setelah diletakkannya di atas meja, lalu diambilnya pisau. Ia membelah semangka itu. Setelah semangka terbelah, betapa kagetnya Dermawan. Isi semangka itu berupa pasir kuning yang bertumpuk di atas meja. Ketika diperhatikannya sungguh-sungguh, nyatalah bahwa pasir itu adalah emas urai murni. Dermawan pun menari-nari karena girangnya. Ia mendengar burung mencicit di luar, terlihat burung pipit yang pernah ditolongnya hinggap di sebuah tonggak. "Terima kasih! Terima kasih!" seru Dermawan. Burung itu pun kemudian terbang tanpa kembali lagi.

Keesokan harinya Dermawan membeli rumah yang bagus dengan pekarangan yang luas sekali. Semua orang miskin yang datang ke rumahnya diberinya makan. Tetapi Dermawan tidak akan jatuh miskin seperti dahulu, karena uangnya amat banyak dan hasil kebunnya melimpah ruah. Rupanya hal ini membuat Muzakir iri hati. Muzakir yang ingin mengetahui rahasia adiknya lalu pergi ke rumah Dermawan. Di sana Dermawan menceritakan secara jujur kepadanya tentang kisahnya.

Mengetahui hal tersebut, Muzakir langsung memerintahkan orang-orang gajiannya mencari burung yang patah kaki atau patah sayapnya di mana-mana. Namun sampai satu minggu lamanya, seekor burung yang demikian pun tak ditemukan. Muzakir sungguh marah dan tidak dapat tidur. Keesokan paginya, Muzakir mendapat akal. Diperintahkannya seorang gajiannya untuk menangkap burung dengan apitan. Tentu saja sayap burung itu menjadi patah. Muzakir kemudian berpura-pura kasihan melihatnya dan membalut luka pada sayap burung. Setelah beberapa hari, burung itu pun sembuh dan dilepaskan terbang. Burung itu pun kembali kepada Muzakir untuk memberikan sebutir biji. Muzakir sungguh gembira.

Biji pemberian burung ditanam Muzakir di tempat yang terbaik di kebunnya. Tumbuh pula pohon semangka yang subur dan berdaun rimbun. Buahnya pun hanya satu, ukurannya lebih besar dari semangka Dermawan. Ketika dipanen, dua orang gajian Muzakir dengan susah payah membawanya ke dalam rumah karena beratnya. Muzakir mengambil parang. Ia sendiri yang akan membelah semangka itu. Baru saja semangka itu terpotong, menyemburlah dari dalam buah itu lumpur hitam bercampur kotoran ke muka Muzakir. Baunya busuk seperti bangkai. Pakaian Muzakir serta permadani di ruangan itu tidak luput dari siraman lumpur dan kotoran yang seperti bubur itu. Muzakir berlari ke jalan raya sambil menjerit-jerit. Orang yang melihatnya dan mencium bau yang busuk itu tertawa terbahak-bahak sambil bertepuk tangan dengan riuhnya.

Teman, saat kita tau ada celah untuk menambah harta dan kaya, secepat kilat kita merengkuhnya. Meski harus membuat adegan seolah-olah kita pahlawan......Namun saat kita diminta untuk mengurangi harta dan kaya (dengan zakat dan sedekah), kita enggan.....Mukapun dipalingkan....Seolah lupa bahwa apa-apa yang kita miliki adalah milik Allah SWT.......

Sekarang kita hanya perlu memilih, menjadi seorang dermawan dengan harapan Allah SWT ridha dengan perbuatan kita, tanpa ingin mengharap pamrih manusia, atau kita menjadi hamba dari tiap apa yang kita berikan...........Menjadi hamba sanjungan, menjadi hamba pujian, menjadi hamba imbal balik atas apa yang kita berikan.....
Semoga kita adalah manusia-manusia yang ikhlas berbuat, tak meminta pamrih saat memberi. Menjadi manusia sempurna tak mungkin kita lakukan, tapi mari berusaha menjadi yang terbaik dengan cara-cara yang baik, agar kita capai tujuan yang baik....Semoga..........

Jumat, 16 April 2010

MENDUNIA, TAPI KURANG DIMINATI

Bahasa Melayu, sebagaimana disampaikan Prof. James. T. Collin dalam Bahasa Melayu Bahasa Dunia; Sebuah Sejarah Singkat (2005), digunakan oleh penutur yang tersebar diberbagai belahan dunia. Mulai dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand, Australia, Belanda, Afrika Selatan, serta negara lainnya. Meski pada setiap daerah/Negara, komunitas penuturnya secara komunitas beragam, ada yang mayoritas, ada juga yang mayoritas. Bahasa Melayu juga dipelajari di beberapa Negara Eropa dan Asia.

Tulisan-tulisan kuno yang menggunakan dialek Melayu dengan berbagai model tulisan juga banyak ditemukan. Mulai dengan tulisan arab Melayu yang hingga kini juga masih digunakan beberapa daerah untuk penamaan jalan dan tempat, ada juga yang menggunakan tulisan sansekerta, namun bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu.
Pada zaman colonial bahasa Melayu juga digunakan untuk pengajaran Injil oleh Belanda.

Melihat perkembangan yang sangat signifikan tersebut, harusnya bahasa Melayu lebih dikenal dan bahkan dijadikan sebagai bahasa dunia. Untuk itu, perlu ada upaya-upaya pelestarian khazanah Melayu, sebagai bentuk kecintaan kita terhadap budaya bahasa yang telah turun temurun ini.

Beberapa waktu lalu, saya mendengar desas-desus di surat kabar kita ini mengenai rencana untuk memasukkan pelajaran baca-tulis Arab Melayu ke dalam kurikulum pendidikan. Rencana tersebut saya pikir sangat tepat, karena hingga saat ini banyak anak-cucu kita yang tak begitu mengenal khazanah Melayu tersebut. Apalagi keidentikkan Arab Melayu dengan Islam yang saya rasa sangat-sangat dekat. Bila perlu, sebelum dimasukkan kedalam kurikulum, diadakan pelatihan untuk para guru-guru tentang tata cara baca tulis Armel.

Sekali lagi, apresiasi yang setinggi-tingginya saya sampaikan kepada mereka yang berupaya agar khazanah Melayu ini tak lenyap ditelan zaman. Mereka patut disebut pahlawan.

Senin, 22 Maret 2010

JUJUR JAK BE….

Demikian ujar teman, saat salah seorang teman lainnya menyampaikan keinginan untuk menjadi bagian dari pemasaran sebuah Harian “baru”. Singkat memang, namun mau tak mau kita harus mengakui bahwa kejujuran adalah modal untuk membuat orang lain percaya kepada kita. Tak hanya dalam usaha, dalam keseharianpun sifat jujur harus kita tanamkan sedalam-dalamnya dalam benak kita masing-masing.

Tatkala berbicara, hendaknya yang kita sampaikan adalah sesuatu yang benar adanya. Tatkala kita membaca, kita harus jujur bahwa tak ada lagi yang kita fikirkan kecuali apa-apa yang kita baca. Tatkala berjanji, kita juga harus jujur untuk bisa ataupun tidak menepati janji tersebut. Tatkala kita diberikan amanah, kita harus dengan jujur melaksanakan amanah tersebut.

Bukan perkara mudah memang. Kejujuran terkadang hanya dimiliki oleh orang tertentu dan pada waktu tertentu. Orang tertentu, karena tak semua orang bisa bicara atau berlaku jujur. Kita sering mendengar orang berkata A, padahal yang dilakukan atau yang terjadi adalah B. Sering juga kita mendengar orang berjanji ini itu jika ia menjadi Z, namun tatkala nyata, ia terkadang melupakan perkataan yang pernah ia sampaikan. Kejujuran hanya pada waktu tertentu, memang ada. Tatkala seseorang dihadapkan pada sebuah persoalan yang jika jujur ia kena, tak jujur juga kena, maka ia memilih jujur, dengan harapan nama terdengar harum.

Jujur memang hanya kata yang terdiri dari huruf. Namun kata ini menjadi sakti tatkala manusia banyak meninggalkannya. Betapa sulit kita mencari orang-orang jujur di negeri ini. Saat masih di bawah, banyak yang berkata berdasarkan fakta. Namun, tatkala berada sedikit di atas, orang mulai sering melupakan budaya manusia modern tersebut. Betapa banyak orang yang “bermasalah” karena ketidak jujuran. Mulai dari mereka yang berada pada jajaran Pejabat hingga pedagang dan pemulung.

Kenapa kita harus jujur? Kita acapkali mendengar orang tua menasehati anak supaya harus menjadi orang yang jujur. Dalam mendidik dan memotivasi supaya seorang anak menjadi orang yang jujur, kerap kali dikemukakan bahwa menjadi orang jujur itu sangat baik, akan dipercaya orang, akan disayang orang tua, dan bahkan mungkin sering dikatakan bahwa kalau jujur akan disayang/dikasihi oleh Tuhan. Tapi setelah mencoba merenungkan dan menyelami permasalahan kejujuran ini, saya yakin kejujuran hanya akan dapat difahami jika kita berusaha untuk selalu berlaku jujur.

Jujur adalah saham yang ditanam yang akan menghasilkan timbal balik yang jauh lebih menguntungkan dari segi apapun, baik itu keberhasilan usaha kita didunia, maupun kehidupan kita diakherat kelak, demikian ungkap Kasnadi. Ya, kejujuran apapun yang kita lakukan saat ini bukan berarti tanpa hasil. Meski kini, menjadi orang yang jujur adalah sebuah pilihan tepat tapi beresiko, namun yang kita harapkan dengan kejujuran kita adalah anak-cucu kita bisa memimpin dengan sebuah kata sakti bernama kejujuran.
Sungguh lucu tatkala membaca berita di beberapa media negeri ini. Bagaimana seorang Amien Rais yang berkata jujur telah menerima “dana tak jelas”, dikatakan punya motif-motif tertentu. Sungguh sebuah pemandangan tak jujur terhadap diri sendiri. Harusnya kita akui perbuatan Amien Rais adalah upaya menjadi jujur, dan hati kita pasti berkata demikian. Namun, oleh karena satu dan lain hal, kita mencari-cari alasan untuk mentidak jujurkan kejujuran Amien tersebut.

Memang tak mudah menjadi manusia jujur, namun sebuah usaha keras untuk menjadi jujur yang dilakukan dengan niat ikhlas, merupakan sebuah kejujuran. Paling tidak jujur pada diri sendiri. Ada sebuah cerita menarik, yang saya kutip dari tulisan Ernes JK wen.
Pada sebuah negara entah berantah, Sang Raja sebagai pemimpin negara selalu menggunakan pakaian yang baru setiap harinya. Oleh sebab itu dimintalah para penenun baik yang ternama maupun yang ecek-eck dalam maupun luar negeri untuk membuat jubah bagi sang Raja.

Pada suatu hari, datang dua orang penipu yang mengaku memiliki keahlian menenun sekaligus menjahit jubah di atas rata-rata, maksudnya dengan kualitas yang sempurna, mengalahkan semua keindahan jubah koleksi sang Raja. Demi membuktikan pernyataan dua penipu tadi, raja memerintahkan rakyatnya untuk memenuhi semua yang diperlukan penipu, seperti alat tenun yang besar, benang-benang sutera dan benang-benag emas dalam jumlah banyak. Tidak hanya itu, mereka juga minta agar di sekeliling alat tenun dipasangi ratusan batang lilin sehingga keadaannya menjadi terang-benderang di malam hari. Kedua penipu itu memang hanya bekerja di malam hari saja. Dan mulailah kedua penipu itu beraksi. Mereka berpura-pura sedang melakukan kegiatan menenun tanpa menyangkutkan selembar benangpun. Orang-orang yang mengawasi kelakuan mereka menjadi heran. “Apa sih yang kalian berdua kerjakan? Hanya mutar-mutar, tidak kelihatan selembar benangpun yang jadi?” Tanya orang-orang keheranan.
“Ya. Itulah keistimewaan tenunan kami. Orang pandir dan orang yang tidak memiliki hati yang jujur tidak akan bisa melihat kain yang kami tenun. Hanya orang yang bijaksana dan jujur saja yang bisa melihatnya.” Demikian jawab kedua penipu itu setiap kali ada yang bertanya.

Cerita tentang kedua penenun dan kain tenunannya yang ajaib (tidak kasat mata) segera tersebar luas. Setiap orang yang mencoba membuktikan kalau dirinya bisa melihat kain yang sedang ditenun dengan giat oleh kedua penenun itu, menemukan kenyataan bahwa mereka tidak melihat apa-apa. Namun karena takut dibilang pandir atau tidak jujur, semua orang yang datang melihat mengaku dapat melihat keindahan kain yang sedang ditenun. Mereka meninggalkan tempat tenunan sambil memuji-muji keindahan kain yang sedang dikerjakan kedua penipu tersebut.

Suatu hari Kaisar mengutus Perdana Menterinya yang terkenal sangat pandai dan bijaksana untuk memeriksa hasil pekerjaan kedua penipu itu. Sang Perdana Menteri pun pergi melaksanakan tugasnya. Tiba di tempat di mana alat tenun itu ditempatnya, didapatinya kedua penipu itu sedang giat bekerja. Gerak-gerik keduanya seolah-olah sedang tekun menenun. “Bagaimana pekerjaan kalian sekarang?” Tanya Perdana Menteri.
Kedua penipu itu pura-pura terkejut dan buru-buru memberi hormat. “Kami hampir merampungkan pekerjaan kami. Seperti yang Tuan bisa saksikan sendiri, selembar kain sutera bersulam emas yang sangat indah. Ini, silakan Tuan periksa.” Kata salah satu penipu itu sambil seolah-olah mengangsurkan sesuatu kepada Perdana Menteri.

“Hm...” Perdana Menteri berpikir keras. Walaupun sadar tidak ada apa-apa di atas alat tenun, tetapi ia tidak ingin dikatakan pandir karena hanya orang bijaksana dan jujur saja yang dapat melihat keindahan kain tenunan ajaib tersebut. Akhirnya Perdana Menteri pun ikut berpura-pura bisa melihat dan dia berdecap-decap kagum. Setelah itu Perdana Menteri melapor kepada Kaisar bahwa kedua penenun dari negeri asing itu hampir selesai menenun selembar kain sutera berhiaskan benang-benang emas yang indah.

Selanjutnya Kaisar ingin menguji “kejujuran” menteri keuangannya yang terkenal sangat jujur. Lalu Menteri Keuangan itu dikirim ke tempat kedua penenun. Seperti halnya Perdana Menteri, Menkeu juga melihat kedua penenun itu sedang tekun bekerja. Gerak-gerik mereka seolah-olah sedang menenun namun tidak terlihat selembar benangpun pada tangan mereka ataupun pada alat tenun besar di hadapannya. “Bagaimana kemajuan pekerjaan kalian?” Tanya Menkeu dengan tegas.

“Ah, Tuan Menteri, terima kasih telah menyediakan uang untuk membeli benang sutera dan benang emas. Inilah hasil tenunan kami. Sangat luar biasa indah bukan?” Menkeu terdiam. Jika ia berterus-terang bahwa ia tidak melihat apapun pada alat tenunan itu, ia khawatir reputasinya sebagai orang paling jujur di seantero negeri akan hancur. Bukankah semua orang telah mengetahui hanya yang bijaksana dan jujur saja yang dapat melihat kain ajaib ini? “Ah...luar biasa indah!” Akhirnya Menkeu pun berpura-pura mengagumi.

Mendengar laporan kedua menterinya yang bijaksana dan jujur itu, Kaisar sangat gembira. Akhirnya dia menyuruh kedua penenun itu untuk membuatkan jubah dari kain tenunan mereka. Jubah tersebut akan dipakainya pada sebuah festival yang akan berlangsung beberapa hari lagi.

Ketika hari perayaan tiba, Kaisar memerintahkan agar jubah barunya diantarkan ke istana. Kedua penipu itu pun datang. Di atas tangan seolah-olah mereka membawa sebuah jubah dengan hati-hati. Tentu saja Kaisar tidak melihat apa-apa, namun ia pun tidak hendak dikatakan pandir dan tidak jujur, maka ia memuji-muji keindahan jubah buatan kedua penipu itu.

“Sekarang bukalah jubah lama Paduka Baginda, dan biarkan kami mengenakan kepada Baginda jubah indah ini.” Kaisar pun menanggalkan pakaiannya dan kedua penipu itu seolah-olah mengenakan jubah ke atas tubuhnya. “Bagaimana? Bukankah Baginda terlihat sangat gagah dengan jubah yang indah ini? Ah...tentu saja hanya yang bijaksana dan yang jujur saja yang dapat melihat keindahan jubah baru Baginda.” Kata salah satu penipu itu.

Semua yang hadir tidak ingin dikatakan tidak bijaksana ataupun tidak jujur semuanya mengakui dan pura-pura mengagumi keindahan jubah Kaisar. Akhirnya Kaisarpun melangkah ke balairung dengan hanya mengenakan pakaian dalamnya saja di mana semua orang yang mengikuti festival telah berkumpul menantikan kehadirannya. Seluruh isi negeri yang tidak ingin dikatakan tidak bijaksana dan tidak jujur mengelu-elukan Kaisarnya yang hampir telanjang dan pura-pura memuji-muji keindahan jubahnya.

Tetapi seorang bocah berumur 4 tahunan tiba-tiba maju ke depan sambil berteriak-teriak: “Kaisar nggak pake baju, Kaisar nggak pake baju!” Semua yang hadir terkesima, tidak ada seorang pun berani bersuara ataupun bergerak menanti reaksi sang Kaisar.

Cerita di atas menggambarkan ketidak beranian melihat suatu hal secara jujur. Hanya karena ingin disebut “yang bijaksana” atau “yang jujur” mereka takut mengatakan hal yang sebenarnya bijak dan jujur sebab takut dikatakan “beda”.

Lalu, bagaimana dengan kita saat ini?

Nasaruddin

Minggu, 21 Maret 2010

MAHASISWA DAN INDEPENDENSI


Mahasiswa dikenal sebagai “artis jalanan” (suka demo), membakar ban hingga asap membumbung hitam bak kebakaran, sering memacetkan jalan, serta berteriak-teriak di depan gedung yang kadang “kosong”, meki demikian, mereka memegang peranan penting dalam rangka mengawal proses demokrasi.

Sejarah telah mencatat betapa dibutuhkannya peran-peran mahasiswa pada beberapa dekade sebelum saat ini. Berbagai rezim di berbagai belahan bumi menjadi “korban” idealisme yang digusung oleh mereka, atas nama kepentingan dan kemashlahatan rakyat banyak. Di Indonesia, kisah pergantian kekuasaan negara diwarnai oleh gelombang besar gerakan mahasiswa hingga pelosok-pelosok desa, membahana dan memecah keambiguan demokrasi yang sudah dikekang oleh rezim yang berkuasa selama beberapa waktu. Gerakan mahasiswa menjadi gelombang gerakan sosial untuk melawan tirani yang menindas rakyat.

Pada sejarah runtuhnya kekuasaan Orde Lama (yang terkenal kental dengan paham nasakomnya) gerakan mahasiswa 60-an menjadi ujung tombak. Lalu pada 1998, mahasiswa pula yang menjadi pelopor lahirnya reformasi, pembaruan di segala lini kehidupan masyarakat Indonesia, ditandai dengan robohnya bangunan orde baru yang sentralistik.

Seorang mahasiswa, tugas utamanya adalah belajar. Belajar di manapun ia bisa dan belajar apa saja yang layak untuk dipelajari. Dengan peran yang sangat signifikan tersebut, mahasiswa hendaknya tak hanya sekedar bolak-balik kampus-kostan. Hendaknya seorang mahasiswa sensitive terhadap keadaan sosial yang memang tanggung jawabnya dan membuatnya khas dibanding yang lain. Kekhasan mahasiswa, sebagaimana disampaikan seorang ilmuan Edward Shill, ialah dikarenakan fungsinya yaitu: 1. mencipta dan menyebarkan kebudayaan tinggi, 2. menyediakan bagan-bagan nasional dan antar bangsa, 3. membina keberdayaan dan kebersamaan, 4. mempengaruhi perubahan sosial dan memainkan peran politik.

Melihat berbagai fenomena di atas, hendaknya kita selalu menemukan mahasiswa yang kritis, dan independen (terbebas dari kepentingan dan intervensi apapun). Kekritisan mahasiswa sangat-sangat diharapkan, tentunya untuk kepentingan masyarakat banyak. Bagaimana tatkala pemerintah mengeluarkan kebijakan yang menyengsarakan rakyat, lalu mahasiswa diam membisu ? Tak ada kontrol sosial yang harus dilakukan (tanpa menafikan peran-peran selain mahasiswa tentunya). Atau tatkala kebijakan kampus yang terasa “menindas” mahasiswa, lalu mahasiswa hanya diam, apa jadinya.

“Itulah tugas mahasiswa di alam demokrasi” ungkap seorang teman. Memang, sebuah kritik yang kita sampaikan tak akan bisa diterima dengan lapang dada oleh orang lain, apalagi seorang pejabat. Banyak resiko yang dapat kita terima. Misalnya saja uang beasiswa ditahan, nilai tak keluar atau yang lebih sadis lagi ialah diburu atau bahkan mungkin dibunuh.

Bukanlah hal yang harus ditakutkan selama kita (mahasiswa) benar-benar menyatakan kebaikan dan kenyataan. Toh, telah banyak mahasiswa gugur demi kebenaran dan kemenangan rakyat, contohnya saja Arif Rahman Hakim yang gugur tatkala melakukan demonstrasi menentang masuknya modal asing ke Indonesia pada tahun 1970-an bersamaan dengan kunjungan Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka. Atau Elang Mulya Lesmana yang gugur saat proses pergantian orde baru menuju reformasi, hingga Safaruddin, sosok Mahasiswa pahlawan reformasi lokal Kalimantan Barat.

Kritis itu harus, tetapi jangan sampai apa yang kita kritisi itu merupakan pesanan segelintir orang demi kepentingan perut yang sesaat. Saat ini, tak jarang kita lihat dan dengar mahasiswa yang menjadi orangnya si-ini atau orangnya si-itu seraya mengkritik pemerintah yang merupakan lawan “bos”nya. Tentunya hal ini menodai perjuangan mahasiswa pendahulu kita.

Jika berkaca pada sejarah, kita bisa menyaksikan betapa kecewa dan marahnya seorang Soe Hok Gie, tatkala menyaksikan teman-temannya sesama demonstran dan satu perjuangan melebur dalam kekuasaan dengan meninggalkan idealisme dan memilih masuk Golkar.

Mungkin jika dia masih berada di tengah-tengah kita, dia tak kalah geram menyaksikan mahasiswa yang terkadang tampak kritis, idealis dan berbagai/ is-is lainnya, ternyata lantang bersuara karena menjadi sapi pejabat yang menyuarakan aspirasi pejabat, bukan rakyat. Mereka terkadang lantang, karena perut yang telah kering kerontang.

Ada baiknya kita tilik lagi peran apa yang sebenarnya harus kita emban, jika kita telah menjadi hamba penguasa, lalu siapa lagi yang akan menyuarakan kepentingan rakyat? Peran dan fungsi mahasiswa harus kembali dipertegas. Mahasiswa harus mampu kritis dan mengambil peran untuk melakukan banyak perubahan terbaik untuk bangsanya. Ingat, mahasiswa adalah agent of change (agen perubah). Suara lantangnya sangat diharapkan kapan dan di manapun ia berada !

Nasaruddin